Ilmu Budaya Dasar 3

Kerajaan Samudra Pasai
Kehidupan Politik,Sosial-Budaya dan Ekonomi

Sejarah Terbentuk

Kerajaan Samudra Pasai merupakan kerajaan pertama di Indonesia yang bernuansakan agama Islam. Kerajaan ini terlerak di daerah pesisir utara Pulau Sumatera,tepatnya di Kota Lhokseumawe dan Aceh Utara, Provinsi Aceh. Kerajaan Samudra Pasai didirikan oleh Marah Silu dengan gelar Sultan Malik As-Saleh pada tahun 1267M. Kerajaan Samudra Pasai runtuh pada tahun 1521 M setelah ditaklukkan oleh Portugal.

Kehidupan Politik

Kerajaan Samudra Pasai memiliki hubungan politik lain dengan negeri-negeri lain seperti Cina,Arab,Iran dan negeri timur tengah lainnya. Kerjasama tersebut meliputi kerjasama di bidang teologi,tafsir,militer dan sains.

Kehidupan Sosial-Budaya

Kerajaan Samudera Pasai sangat dipengaruhi oleh Islam. Hal itu terbukti terjadinya perubahan aliran Syiah menjadi aliran Syafi’i di Samudera Pasai ternyata mengikuti perubahan di Mesir. Pada saat itu di Mesir sedang terjadi pergantian kekuasaan dari Dinasti Fatimah yang beraliran Syiah kepada Dinasti Mameluk yang beraliran Syafi’i. Aliran syafi’i dalam perkembangannya di Pasai menyesuaikan dengan adatistiadat setempat sehingga kehidupan sosial masyarakatnya merupakan campuran Islam dengan adat istiadat setempat.

Kehidupan Sehari-hari masyarakat Samudra Pasai diatur sesuai dengan syariat dan hukum-hukum Islam. Masyarakat Pasai memiliki banyak persamaan dengan masyarakat Arab, sehingga daerah Aceh tersebut dijuluki sebagai Kota Serambi Mekkah.

Dalam Bidang budaya, masyarakat Pasai memanfaatkan huruf Arab untuk menulis Bahasa Melayu, sehingga dapat dipadukan menjadi huruf Arab Jawi.


Kehidupan Ekonomi

Dalam bidang perekonomian dan perdagangan, menetapkan mata uang emas (Dirham) yang diciptakan sendiri sebagai alat pembayaran yang sah.

Kehidupan Ekonomi masyarakat Samudra Pasai sangat berkaitan dengan pelayaran. Hal itu disebabkan oleh letak Kerajaan Samudera Pasai yang dekat dengan Selat Malaka yang menjadi jalur pelayaran dunia pada saat itu.

Kerajaan Samudra Pasai juga merupakan pusat perdagangan internasional di masa kekuasaan Sultan Malikul Dharir dengan lada sebagai ekspor utamanya.